“Mbak, aku ingin curhat.” Ia membuka percakapan.
“Ada apa? Curhatlah.”
“Aku dimarahi suamiku.” Katanya
“Hah?
Baru empat hari menikah udah dimarahi? Kok bisa?” Saya sangat terkejut.
Tentu saja. Sahabat saya ini baru menikah empat hari yang lalu. Tetapi
dia sudah kena marah suaminya. Bukankah selama ini kebiasaan pengantin
baru yang saling mencintai akan mesra dalam waktu yang lama?
“Iya, bahkan suamiku bilang, aku tidak patuh, aku berdosa.” Lanjutnya. “Dia juga berkata, ‘mau aku nikah lagi?’”
“Alasannya?”
“Aku mendorong tubuhnya saat dia mendekatiku.” Sahutnya tersipu.
“Kenapa?”
“Rasanya sangat sakit. Aku tidak bisa menahannya. Jadi aku tidak mau.”
Ouw… Okay.
Ini
adalah sahabat kedua saya yang mengalami hal semacam ini. Sebelumnya,
salah seorang sahabat yang menikah dengan pria Jawa, juga tak mampu
melalui malam pertama dengan baik. Bahkan sampai dua minggu-an lamanya.
Saya
tertawa, tetapi juga prihatin. Kasihan suaminya. Padahal seorang pria
ketika sudah berada dipuncak keinginannya, akan sangat sulit
mengendalikan birahinya. Karena itulah banyak berita kasus perkosaan di
sekitar kita. Tetapi saya bukan hendak mengungkap kasus tentang penjahat
kelamin saat ini. Saya menulis ini karena ingin berbagi tipz dengan
teman-teman di sini.
Tentang sex pertama. Agar tiada lagi sahabat saya yang mengalami hal serupa.
Pernah
saya membaca sebuah tulisan yang berbunyi, ‘Malam pertama juga dapat
menentukan kepuasan malam-malam berikutnya bagi pasangan suami istri.’
Saya tidak sepenuhnya setuju dengan uangkapan tersebut, tetapi jika
melihat kasus yang terjadi pada sahabat saya di atas, ada ancaman dan
kekecewaan di sana. Ini karena mereka sadar telah gagal melakukan
hubungan di malam pertama mereka. Bahkan hingga pernikahan berjalan
beberapa hari. Sampai di sini, salah satu perintah Rasulullah yang
menganjurkan untuk mensegerakan ‘berbuka’juga telah terlewatkan. Orang
bilang, gak nyunnah. :D
“Mbak kenapa nggak bilang kalo hubungan intim itu sakit?”
“Sakit itu hanya sementara.”
“Tapi sakit banget.”
“Ya
tentu, sakit. Sangat sakit. Ibarat selembar kulit disayat hingga
berdarah-darah. Tentu sakit. Bahkan tubuh kita akan tetap sakit selama
tiga sampai empat hari setelah itu.”
Ouw…!
Tetapi
temanz, apakah engkau tahu bagaimana rasanya sakit saat melahirkan?
Kata mereka yang pernah melahirkan, sakitnya adalah seribu rasa yang
dijadikan satu. Karena itulah Allah memberikan reward yang sangat mulia
bagi wanita yang meninggal karena melahirkan. Syahidah.
Jadi,
sakit karena robeknya selaput dara tidaklah seberapa jika dibanding
melahirkan kelak. Jika semua diniatkan ikhlas karena Allah, semua akan
menjadi kebanggaan ketika wanita berhasil menyerahkan mahkota paling
berharganya kepada suami tercintanya. Yakinlah…, pahala Allah juga
sangat besar yang disediakan untuk itu.
Jika sakit yang sebentar dan disusul dengan nikmat saja kita takut, lalu akan bagimana menghadapi sakit saat melahirkan nanti?
“Aku gak kuat.”
“Apakah dia tidak melakukan perangsangan lebih dulu?”
“Tidak.
Dia masih culun.” Hmm… dengan kasus seperti, ini pria juga tidak boleh
begitu saja menyalahkan istri. Karena dia turut bertanggungjawab, atas
kesiapan mental seorang istri. Pria turut berperan dalam membentuk rasa
sakit atau nikmat yang dirasai seorang istri saat melakukan hubungan
intim. Seharusnya dia tahu itu.
Lalu, bagaimana?
Lakukanlah
seperti yang diajarkan Rasulullah. Wudhu, sholat dua rakaat bersama,
berdoa, minum susu segelas berdua. Mengecup lembut kening istri, dan
mulailah dengan foreplay, untuk menumbuhkan hasrat wanita agar siap melakukannya.
Dia
mungkin akan tetap gemetar dan takut. Dia juga dapat melukaimu dengan
kuku-kuku jarinya yang menancap di kulitmu. Tetapi jika pria pandai
memainkan birahinya dengan rangsangan yang tak terputus, Insya Allah
semua akan berjalan dengan baik dan lancar. Membuahkan hasil yang
memuaskan untuk pasangan pengantin muda yang belum pernah melakukannya.
Dan malam pertama itu berjalan dengan baik. Wallahua’lam
Barokallahulakum wabaraka alaikum wajamaabainakumaa fiikhairiin…
Mudah-mudahan
sedikit pengetahuan ini dapat membantu teman-teman lajang yang akan
menikah. Agar tak terulang kejadian seperti cerita di atas.
0 comments:
Post a Comment